Powered By Blogger

Kamis, 01 Maret 2012

PANAHAN



Panahan

 


PANAHAN awalnya adalah alat berburu dan mempertahankan hidup. Kini, panahan terdaftar sebagai cabang olahraga yang dilombakan di Olimpiade.
Panahan adalah kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah. Bukti-bukti menunjukkan panahan dimulai sejak 5.000 tahun lalu. Awalnya, panahan digunakan dalam berburu sebelum berkembang sebagai senjata dalam pertempuran dan kemudian jadi olahraga ketepatan. 
Panah mulai sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sejak zaman Mesolitik 5000-7000 tahun silam. Panahan awalnya juga tak dianggap olahraga, melainkan kegiatan berburu atau alat mempertahankan diri. 
Negara pertama yang mulai menganggap panahan olahraga adalah Inggris. Pada 1676, Raja Charles II menggelar perlombaan panahan. Itu juga yang menginspirasi negara-negara lain dan mulai sedikit mengubah anggapan bahwa panahan tak hanya untuk peperangan, tapi juga olahraga.                          
Panahan punya sejarah panjang sebagai olahraga. Klub pemanah asal Skotlandia, Kilwinning, dibentuk pada 1483 dan jadi salah satu klub olahraga tertua di dunia. 
Federasi Panahan Internasional (FITA) didirikan pada 1931. Kejuaraan Dunia pertama berlangsung di tahun yang sama. Sejak 1941, panahan mulai tumbuh jadi olahraga internasional. 
Kategori panahan yang paling umum adalah panahan target dan 3-D panahan. Targetnya pada tanah berjarak 165 m untuk pria dan 125 m bagi wanita.
Alat yang digunakan
-Busur 
-Anak panah 
Recurve bow adalah perkembangan termutakhir dari busur. Ini adalah jenis busur paling umum digunakan di olahraga panahan saat ini. Desainnya terdiri atas tiga bagian utama. Riser, yaitu pegangan dan tempat aksesori lain dipasang. Dan, sepasang limb yang jadi sumber energi pegas busur.
Ciri khas dari busur ini ada pada bagian ujungnya yang melengkung ke depan (menjauhi pemanah) saat tidak ditarik atau dilepas talinya.
Konstruksi seperti ini memungkinkan draw weight yang lebih besar untuk panjang yang sama. Sebagai kompensasinya, bahan penyusun limb memperoleh tegangan/regangan lebih besar dari busur biasa (longbow).
Bagian-bagian recurve bow
Riser: pegangan sekaligus tempat ditempelkannya limb dan aksesori lain.
Grip:bagian tempat memegang busur.
Arrow rest: tempat meletakkan anak panah, bisa terbuat dari bulu atau plastik.
Sight window: bantuan visual untuk membidik.
Stabilizer: pengatur keseimbangan busur sesuai keinginan pemanah dan menahan getaran saat menembak.
Sight: visir untuk memperoleh bidikan yang lebih akurat.
Limb: menyimpan energi pegas busur. 
String: mentransfer energi dari tangan pemanah ke limb atau dari limb ke anak panah. Terbuat dari material sintetis seperti Kevlar. Ada dua bagian, center serving dan nock point sebagai tempat anak panah diletakkan. Biasanya ditandai dengan lilitan benang di atas serving.
Teknik dasar panahan
-Berdiri tegak dengan posisi kaki sejajar. 
-Mulai dengan memasang panah dan posisinya. 
-Gunakan jari telunjuk, tengah dan manis untuk menarik string dari busur panah. 
-Tangan satunya (kanan) digunakan untuk menahan bodi busur panah. 
-Dilanjutkan dengan posisi angker, yaitu posisi string busur panah terletak di tengah dagu, bibir, dan hidung. Ini posisi awal untuk membidik target,
-Membidik, dilakukan dengan menyeimbangkan berat badan kemudian ditumpukan di tengah, otot bahu digunakan secara seimbang, dan posisi badan tegak lurus.
-Gerakan selanjutnya adalah tarik penuh anak panah (full draw).

PANDAWA 16

                 Pandawa 16
Profil
Pandawa 16 merupakan organisasi yang bergerak di bidang 
baris-berbaris dan tata upacara bendera. Pandawa 16 didirikan 
pada tanggal 19 Agustus 1987, berdasarkan pengajuan pendirian 
Pandawa 16 yang ditanda tangani langsung oleh Dr. H. Ngatidjo 
sebagai Kepala Sekolah pada waktu itu. Hingga kini, Pandawa 16 
sudah mencetak 23 angkatan. Kegiatan Pandawa 16 diantaranya
 ialah menyiapkan petugas upacara khususnya petugas pengibar
 bendera, melaksanakan kegiatan insidentil, latihan rutin baris-berbaris
 serta kegiatan-kegiatan lainnya yang mempererat kekeluargaan 
Pandawa 16. Pandawa 16 pun rutin mengikuti kegiatan perlombaan 
seperti Lomba Ketangkasan Baris-berbaris baik di tingkat kota
 maupun regional and telah menyumbangkan berbagai prestasi 
bagi SMA Negeri 1 Bogor.

Sejarah Berdiri
Didasari dengan kebutuhan akan pengibaran bendera, maka dari itulah
 asal mula dibentuknya suatu organisasi siswa yang beorientasi pada 
kegiatan baris-berbaris, Pandawa 16. Nama Pandawa berasal dari
 tokoh pewayangan Pandawa 5 yang memiliki sifat arif dan bijaksana 
dalam kehidupan sehari-harinya. Sedangkan angka 16 pada Pandawa 16
 melambangkan domisili Pandawa, yaitu sebagai salah satu organisasi
 yang terdapat di SMA Negeri 1 Bogor. Pandawa 16 ini sendiri tepatnya 
didirikan pada tanggal 19 Agustus 1987 di SMA Negeri 1 Bogor 
dengan 5 orang pendiri yaitu Alm. A. Julius, Niken, Shendi, Roro Vivi Marlinda
dan Ferdinand Vironosky. Merekalah angkatan perintis yang menjadi dasar 
kokoh ekstrakurikuler Pandawa 16. Hingga kini, angkatan di Pandawa 16 
mencapai angkatan ke-23, yang menandakan hingga kini sudah 23 tahun 
Pandawa 16 berdiri.

Lambang dan Filosofi



Filosofi Lambang:
Pita bertuliskan Pandawa 16 berarti Pandawa 16 bersikap fleksibel. 
Perisai dengan 3 sisi melambangkan koordinasi 3 angkatan di 
SMA Negeri 1 Bogor. Mahkota dengan 5 sudut melambangkan bahwa 
Pandawa 5 yang ada dalam pewayangan beranggotakan lima orang.
 Sayap yang terbuka lebar mengartikan Pandawa 16 terbuka 
keanggotaannya bagi siapa saja. Burung yang merunduk yang mengartikan 
sifat rendah hati. Pena dan buku melambangkan bahwa anggota Pandawa 16 
merupakan pelajar. Tulisan SMAN 1 berarti domisili dari Pandawa 16. 
Warna hitam berarti ketegasan, merah berarti keberanian, putih artinya 
kesucian serta kuning berarti kejayaan.

Jumat, 24 Februari 2012

Historiografi Kolonial Hindia-Belanda



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Sejarawan adalah orang yang menulis peristiwa-peristiwa masa silam melalui berbagai fakta yang ada. Tanpa fakta mustahil seorang sejarawan dapat merekonstruksi sejarah yang telah terjadi. Posisi fakta adalah sangat penting, fakta inilah yang kemudian membedakan seorang sejarawan dengan seorang sastrawan. Seorang sastrawan menulis sebuah karya sastra tidak menekankan pada fakta, dia bisa membuat itu lewat daya imajinasi yang ia miliki, namun seorang sejarawan harus tertuju pada fakta-fakta yang ada, disamping untuk lebih menarik tulisan sejarahnya digunakan pula fiksi dan imajinasi.
Fakta-fakta sejarah adalah bagaikan kepingan-kepingan suatu botol yang pecah. Pecahan-pecahan itu berserakan dimana-mana. Oleh sejarawan kepingan-kepingan (fakta) itu dikumpulkan satu persatu lantas kemudian disusun kembali menjadi bentuk aslinya. Dalam penyusunan kepingan (fakta) tersebut, sejarawan tuangkan dalam bentuk tulisan atau cerita yang sering disebut dengan historiografi (penulisan sejarah).
            Sejarah Indonesia dibangun dari fakta-fakta yang ada dan direkonstruksi oleh para sejarawan Indonesia dan sejarawan asing. Proses rekonstruksi sejarah sendiri memiliki perbedaan dari hari kehari, entah itu dari segi metodenya, keobyektifitasnnya, motivasinya, dsb. Historiografi Indonesia dari masa dulu telah mengalami perkembangan. Bermula dari historiografi tradisional, historiografi kolonial, historiografi revolusi dan yang terakhir berkembang adalah historiografi modern.
Setiap perkembangan historiografi memiliki karakteristik, metode, dan motivasi penulisan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Situasi dan kondisi politik sangat berpengaruh pada penulisan sejarah. Semisal, pada masa tradisional, dimana untuk melegitimasi kedudukan seorang raja, maka raja tersebut berusaha untuk menulis sejarah keluarganya yang berasal dari seorang raja yang besar. Masa kolonial, masa ini penulisan sejarah bermaksud sebagai bahan laporan perjalanannya di tanah jajahan, jadi yang dituliskan hanyalah orang-orang barat di tanah jajahan.
Masa revolusi, masa ini sebagai suatu dorongan nasionalisme menuliskan sejarah tokoh-tokoh pergerakan atau pun tokoh-tokoh nasional yang dengan gigih berusaha mengusir penjajah dari tanah air. Setiap masa memiliki kelemahan serta kelebihan sendiri-sendiri, kelemahan inilah yang kemudian mencoba untuk ditutupi oleh historiografi modern.

2.      Rumusan Masalah
1        Apakah definisi dari historiografi?
2        Bagaimanakah historiografi kolonial pada masa Hindia Belanda (1816-1942)?
3        Bagaimanakah ciri dari historiografi kolonial pada masa Hindia Belanda (1816-1942)?


BAB II
Historiografi Kolonial Pada Masa Hindia Belanda
(1816-1942)

1.      Pengertian Historiografi
Perkataan sejarah mempunyai dua arti yang dapat membedakan sejarah dengan penulisan sejarah. Sejarah dalam arti obyektif, adalah kejadian sejarah yang sebenarnya. Terjadi hanya sekali dan bersifat unik (History of Actuality). Sejarah dalam arti subyektif ialah gambaran atau cerita serta tulisan tentang suatu kejadian (History as Written atau Historiografi).
Dari sudut etimologis, semula berasal dari bahasa Yunani: Historia dan Grafein. Historia berarti penyelidikan tentang gejala alam phisik (Physical Research), sedangkan kata Grafein berarti gambaran, lukisan, tulisan atau uraian (discription). Dengan demikian secara harafiah historiografi dapat diartikan sebagai uraian atau tulisan tentang hasil penelitian mengenai gejala alam. Namun dalam perkembangannya historiografi juga mengalami perubahan. Hal ini disebabkan para sejarawan mengacu pada pengertian historia, sebagai suatu usaha mengenai penelitian ilmiah yang cenderung menjurus pada tindakan manusia di masa lampau.
Jadi dapat diambil kesimpulan, bahwa historiografi itu dimaksudkan sebagai penulisan sejarah, maka historiografi merupakan tingkatan kemampuan seni yang menekankan pentingnya ketrampilan, tradisi akademis, ingatan subyektif (imajinasi) dan pandangan arah yang semuanya memberikan warna pada hasil penulisannya. Dengan demikian berarti bahwa historiografi sebagai suatu hasil karya sejarawan yang menulis tulisan sejarah.[1]

2.      Historiografi Kolonial Pada Masa Hindia Belanda (1816-1942)
Bagi para sejarawan Indonesia, pengetahuan tentang bahasa Belanda dan sumber-sumber Belanda mutlak diperlukan. Hampir semua dokumen resmi dan sebagian besar memoar pribadi serta gambaran mengenai negeri ini, yang muncul selama lima puluh tahun terakhir, tertulis dalam bahasa tersebut. Tanpa itu, penelitian mengenai aspek mana pun dari sejarah Indonesia mustahil dilakukan. Namun dilihat sepintas lalu, sebagian besar sumber-sumber Belanda mungkin tampak tidak penting kaitannya dengan sejarah Indonesia. Seorang sejarawan Indonesia berhak bertanya: apa peduliku pada berita-berita yang dicatat oleh suatu bangsa lain selain bangsa Indonesia? Laporan-laporan resmi Belanda pasti melukiskan kehidupan serta tindakan orang Belanda, dan bukan orang Indonesia. Laporan itu ditulis dengan sudut pandang Eropa, bukan Asia.
Semua itu merupakan keberatan yang meyakinkan, namun jawabannya dapat ditemukan. Pertama-tama, seluruh sumber Belanda saja, yang bersifat naskah dalam tulisan tangan maupun cetakan harus ditekankan artinya. Berjilid-jilid buku bersampul kulit dari berita-berita VOC yang dijajarkan dalam almari arsip negara di den haag saja sudah berjumlah lebih dari dua belas ribu buah. Berita-berita dari pengganti kompeni, yaitu pemerintah Hindia-Belanda—sebagian dari antaranya sudah berjilid, sebagian lainnya masih dalam berkas-berkasnya yang asli—sepuluh kali lebih banyak dari jumlah itu. Tentu sangat ganjil bila himpunan yang begitu banyak tidak mengandung penjelasan tentang sekurang-kurangnya beberapa hal yang bersifat non-eropa.
Kedua, para pegawai Belanda di Indonesia sejak masa yang paling awal, mempunyai banyak kepentingan dan tanggung jawab di luar kegiatan-kegiatan perdagangan dan tata usaha sehari-hari. Pada abad ke-17, ketika ketidaktahuan Eropa tentang asia, para pegawai VOC harus menyiapkan laporan-laporan yang teliti mengenai keadaan di Indonesia, bagi para tuannya di Belanda dengan sedikit gambaran tentang keadaan Indonesia, sehingga keputusan yang diambil di Belanda mempunyai dasar yang lebih kokoh daripada dugaan semata.
Kemudian, ketika pemerintah Hindia Belanda memerintah di seluruh Indonesia, para pegawainya diharuskan memberikan laporan tentang seluruh negeri dan setiap rincian tentang hukum dan kebiasaan setempat yang menarik perhatiannya. Sekali lagi, tujuannya adalah agar kebijakan pemerintah dapat disesuaikan dengan tuntutan tampat dan waktu. Umumnya tugas itu dilaksanakan secara lebih cakap oleh para pegawai Belanda di timur daripada para pegawai kolonial mana pun.
Sampai kini, kita hanya mampu meninjau sumber-sumber untuk sejarah Indonesia sebagaimana yang sampai kepada kita dari zaman kompeni Hindia Timur Belanda. Pada akhir abad ke-18 kompeni mundur dengan cepat. Kompeni tidak berhasil mengatasi pukulan-pukulan di bidang keuangan yang dideritanya selama perang Inggris-Belanda pada tahun 1780-1784. Pada tahun 1796 para direkturnya terpaksa menyerahkan kekuasaan mereka kepada sebuah panitia yang dibentuk oleh kaum revolusioner pro-Perancis, yang telah merebut kekuasaan di negeri Belanda pada tahun sebelum itu, dan pada tanggal 31 desember 1799 kompeni dibubarkan.
Dalam jangka waktu enam belas tahun setelah itu, bangsa Perancis dan Inggris menguasai harta milik Belanda di Indonesia. Sampai tahun 1811 bangsa Belanda secara nominal masih memerintah Indonesia, tetapi penguasa yang sebenarnya dari kepulauan Hindia dan juga negeri Belanda sendiri adalah Napoleon. Pada bulan september tahun 1811, jawa jatuh ke tangan Inggris sampai tahun 1816, dimana seluruh bekas milik Belanda di kepulauan tersebut dikembalikan kepada Belanda, sesuai dengan konvensi London. ”Pemerintah Hindia Belanda” dilantik di Batavia pada 19 Agustus 1816, dan tetap memegang kekuasaan Belanda di Indonesia sampai saat mereka diusir Jepang pada tahun 1942.
Pemerintah baru itu membawa ke Indonesia suatu jenis tata pemerintahan yang lain dari semua jenis tata pemerintahan yang pernah ada di negeri ini sebelumnya. Kompeni Hindia Timur merupakan perusahaan dagang yang mengejar laba, yang hanya memikirkan transaksi jual beli dengan mengesampingkan apa saja. Kompeni tidak memiliki misi budaya, tidak berhasrat melakukan campur tangan dalam tata cara hidup rakyat yang diajak berniaga.
Sumber-sumber non-pemerintah memiliki keadaan yang sama. Sejak abad ke-17 dan ke-18, hanya sedikit bahan yang selamat, kecuali dokumen-dokumen kompeni Hindia Timur, karena kompeni adalah satu-satunya organisasi Belanda yang aktif di wilayah itu. Tetapi pada abad ke-19 dan abad ke-20 muncul semua jenis badan hukum non-pemerintah: perusahaan dagang, serikat buruh, partai politik, bank, perusahaan asuransi, maskapai pelayaran, perusahaan tambang, kantor impor dan ekspor, sekolah, perkumpulan missionaris, dan sebagainya. Bagian terbesar diantaranya adalah organisasi orang Belanda, atau setidaknya yang menggunakan bahasa Belanda. Semuanya mempunyai hubungan erat dengan hal ihwal Indonesia, dan laporan-laporan mereka harus dianggap sebagai bahan-bahan sumber Belanda asli untuk sejarah Indonesia.

A.    Manuskrip
Arsip-arsip bekas Kementrian Urusan Jajahan terbagi atas dua seksi utama: arsip kementrian itu sendiri dan salinan terjemahan-terjemahan pemerintah Hindia Belanda yang dikirimkan ke negeri Belanda dari Batavia.
1        Berita-berita kementrian urusan daerah jajahan. Seri yang terkenal dengan nama Gewoon Archief (arsip biasa) ini, meliputi surat-surat yang keluar dan masuk sehari-hari dari kementrian ini tentang semua masalah yang ada pada waktu itu tidak dianggap bersifat rahasia. Berkas sejumlah 1906 buah yang meliputi jangka waktu 1814-1849 ditempatkan di dalam gudang utama di Bleijenburg, Den Haag.Yang lebih penting bagi para sejarawan Indonesia ialah Geheim Archief (arsip rahasia). Pada abad ke-19 banyak masalah yang digolongkan rahasia, yang sekarang dalam keadaan yang sama tidak akan dimasukan ke dalam jenis itu. Karena itu, Geheim Archieflebih kaya dalam segi penjelasan umum dibandingkan dengan yang mungkin terbayang melalui namanya. Antara lain terkandung di dalamnya pembahasan mengenai rancangan kebijakan, pernyataan pendapat mengenai tindakan pemerintah pada masa lampau, dan uraian tentang perundingan dengan negara dan orang asing. Memang rupanya segala sesuatu yang seandainya diumumkan akan dapat menyulitkan pemerintah, telah dimasukan ke dalam Geheim Archief dan bukannya Gewoon Archief. Tentu saja hal itu menyebabkan orang menduga bahwa yang tersebut pertama lebih dapat diandalkan karena merupakan sumber yang lebih bebas pengungkapannya.
Berkas-berkas lain dari kementrian urusan jajahan yang bertalian dengan sejarah Indonesia mencakup Kabinetsarchief, yang memuat keterangan mengenai transaksi dan keputusan pribadi para menteri urusan jajahan yang silih berganti, maupun sekitar tiga puluh kumpulan dokumen rahasia yang diserahkan kepada arsip negara oleh para pejabat yang bertugas di bawah pemerintah Hindia Belanda atau oleh anak cucu mereka.
2        Berkas-berkas pemerintahan Hindia Belanda. ”Dekrit Hindia Timur” di mana termuat transaksi-transaksi pemerintahan Hindia Belanda, terbagi ke dalam empat sub-judul. Pertama, dibagi menjadi dekrit ”biasa” dan dekrit ”rahasia”; kedua, dibagi menjadi Dekrit Gubernur Jenderal dalam kedudukannya di dewan (”in rade”) dan Dekrit Gubernur-Jenderal yang bertindak dalam kedudukannya sendiri (”buiten rade”). Dengan Regeeringsreglement tahun 1836, dewan Hindia (”raad van indie”) dilucuti fungsi eksekutifnya dan menjadi badan penasihat saja. Karenanya, sejak itu semua dekrit dikeluarkan oleh gubernur jenderal sendiri. Tetapi, sebelum tahun 1836 Gubernur Jenderal diberi kuasa untuk mengambil keputusan atas tanggung jawabnya sendiri dalam beberapa hal, tetapi tidak dalam semua hal. Karena itu dekrit-dekrit yang muncul sampai tahun 1836 keluar di bawah dua sub-judul: ”in rade” dan ”buiten rade”.
Berikut ini adalah daftar dari pelbagai Koleksi Dekrit Hindia Timur sebagaimana yang terbagi-bagi di dalam arsip negara:
1        Dekrit Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bersama Dewan, 1819- 1836
2        Dekrit Rahasia Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bersama Dewan, 1819- 1834
3        Dekrit Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Bertindak Sendiri, 1814- 1849
4        Dekrit Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Dekrit Hindia Timur), 1830- 1932
5        Dekrit Rahasia Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Bertindak Sendiri 1819- 1836


B.     Terbitan Resmi
Laporan tahunan pemerintah Hindia Belanda kepada Majelis Perwakilan Tinggi dikenal dengan nama Verslagen, terbit sebagai pelengkap bagi Staatscourant (diterbitkan di Belanda) sejak tahun 1851/2 dan seterusnya. Fakta dan angka resmi serta rincian undang-undang, ordonasi dan peraturan pemerintah yang dapat diterapkan di Indonesia, dapat diperoleh dari Almanak van Nederlandsch-Indie dan Staatsblad van Nederlandsch-Indie, Bijblad op het Staatsblad van Nederlandsch-Indie serta Javasche Courant.
Pengumuman tentang kebijakan pemerintah, dan banyak informasi kecil lainnya, dapat ditemukan dalam Handelingen der 1en 2eKamer der Staten-Generaal (Laporan Tentang Perdebatan Parlemen). Handelingen van den Volksraad, (Transaksi-Transaksi Dewan Rakyat), diterbitkan sejak tahun 1918 dan seterusnya, yakni tahun pelantikan Volksraad atau parlemen Hindia Belanda. Banyak bahan untuk sejarah hukum, sejarah sosial dan sejarah ekonomi dapat juga ditemukan dalam laporan tahunan pelbagai kementerian pemerintah Hindia Belanda.

C.    Sarana Bantu Penelitian
Akhirnya dapat disebutkan dua terbitan yang bersama-sama memberi uraian yang boleh dikatakan lengkap tentang sumber-sumber tercetak mengenai sejarah Indonesia yang ada dalam bahasa Belanda. Keduanya mendaftar bahan sekunder maupun primer, tetapi referensi yang diberikan cukup terinci sehingga pada umumnya memungkinkan kita untuk membedakan yang satu dari yang lainnya.
Yang pertama adalah Catalogus der Koloniale Bibliotheek van het Koninklijk Instituut voor de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indie en het Indisch Genootschap (4 jilid, 1908-1937). Dalam katalog ini disebut hampir seluruh terbitan sejarah tentang jajahan Belanda yang muncul sampai tahun 1935. karena itu katalog ini dapat dianggap sebagai bibliografi sejarah Indonesia yang hampir lengkap yang ditulis sampai tahun itu.
Alat bantu penelitian tambahan yang bernilai adalah J.C Hooykaas dan lain-lain, ed., Repertorium op de Koloniale Litteratuur (11 jilid, 1877-1935). Karya ini merupakan catalogue raisonne dari semua artikel dalam berbagai majalah, jurnal, dan transaksi perkumpulan-perkumpulan ilmiah yang berkenaan dengan wilayah Belanda di seberang lautan, dan diterbitkan dalam wilayah itu atau di negeri Belanda antara tahun 1595-1932. Kepustakaan majalah Belanda memuat bahan-bahan rujukan asli secara melimpah ruah. Dalam majalah ilmiah yang daftar namanya terdapat di dalam repertorium, terdapat banyak terjemahan kronik Indonesia, berbagai kumpulan dokumen, dan laporan serta notulen asli dari banyak konperensi dan komisi penyelidik pemerintah.[2]
Dalam historiografi kolonial ini memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan historiografi pada periode yang lainnya. Historiografi kolonial ditulis oleh sejarawan atau orang-orang pemerintah kolonial yang intinya bahwa yang membuat adalah orang barat. Pembuatan historiografi ini dimaksudkan untuk dijadikan sebagai bahan laporan pada pemerintah kerajaan Belanda, sebagai bahan evaluasi menentukan kebijakan pada daerah kolonial.
Oleh karena motivasinya adalah sebagai bahan laporan maka yang ditulisnya pun adalah sejarah dan perkembangan orang-orang asing di daerah kolonial khususnya Indonesia. Sangat sedikit hasil historiografi kolonial yang menceritakan tentang kondisi rakyat jajahan, atau bahkan mungkin tidak ada. Toh, kalau pun tercatat, orang pribumi itu sangat dekat hubungannya dengan orang asing dan yang telah berjasa pada pemerintah kolonial.
Selain itu, ciri dari historiografi kolonial masa Hindia Belanda adalah memiliki sifat Europa-Centrisme atau yang lebih fokusnya adalah Neerlando-Centrsime. Boleh dikatakan bahwa sifat ini memusatkan perhatiannya kepada sejarah bangsa Belanda dalam perantauannya, baik dalam pelayarannya maupun permukimannya di benua lain. Jadi yang primer ialah riwayat perantauan atau kolonisasi bangsa Belanda, sedangkan peristiwa-peristiwa sekitar bangsa Indonesia sendiri menjadi sekunder[3]

 BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Dari sudut etimologis, historiografi semula berasal dari bahasa Yunani: Historia dan Grafein. Historia berarti penyelidikan tentang gejala alam phisik (Physical Research), sedangkan kata grafein berarti gambaran, lukisan, tulisan atau uraian (discription). Dengan demikian secara harafiah historiografi dapat diartikan sebagai suatu usaha mengenai penelitian ilmiah yang cenderung menjurus pada tindakan manusia di masa lampau.
Bagi para sejarawan Indonesia, pengetahuan tentang bahasa Belanda dan sumber-sumber Belanda mutlak diperlukan. Hampir semua dokumen resmi dan sebagian besar memoar pribadi serta gambaran mengenai negeri ini, yang muncul selama lima puluh tahun terakhir, tertulis dalam bahasa tersebut. Sumber dari historiografi kolonial masa Hindia Belanda sendiri ada yang berupa Arsip-arsip bekas Kementrian Urusan Jajahan terbagi atas dua seksi utama: arsip kementrian itu sendiri dan salinan terjemahan-terjemahan pemerintah Hindia Belanda yang dikirimkan ke negeri Belanda dari Batavia. Selain itu ada yang berupa terbitan resmi yang mencakup undang-undang, ordonasi dan peraturan pemerintah yang dapat diterapkan di Indonesia.
Ciri dari historiografi kolonial ini adalah memiliki sifat neerlando-centrisme yang menulis tentang sejarah dan perkembangan kolonisasi belanda pada daerah jajahan (indonesia). Sang penulis historiografi ini sendiri adalah orang-orang asing.